Orang Mongondow
kebanyakan kurang serius dalam membahas berbagai persoalan, termasuk yang
terkait dengan dirinya. Selalu saja ada canda. Termasuk ketika membahas tentang
Mokodoludut. Namun ada candaan yang membuat kita jadi merenung. Ini dari teman
yang dengan entengnya berujar : Untung
Ina' Lie lupa bahwa Ama' Lie menemukan telur, kalau dia tidak lupa dan telur
itu jadi digoreng pasti sejarah Mongondow tidak akan ada.
Maksud dari teman ini adalah telur yang dalam pengkisaan dinyatakan menetas dan ternyata hasilnya adalah manusia yang kemudian diberi nama Mokodoludut. Penamaan Mokodoludut sendiri karena saat telur menetas terjadi suara gemuruh. Mokodoludut kemudian menjadi pemimpin pertama di tanah Mongondow dengan gelar Tompunu'on Moloben yang saat ini lebih disingkat Punu'. Jika telur itu jadi di rebus atau digoreng maka lenyaplah Mongondow dan sejarahnya.
Tapi, apakah
seorang pembentuk peradaban bisa dinyatakan demikian? Sang teman jelas bercanda
dan sebagai sesama orang Mongondow sangat dipahami. Tapi ada juga yang mencoba
menganalisis serius dengan mempergunakan bermacam perangkat pengetahuan dengan
menyebut Mokodoludut ini sebagai mitos. Mitos adalah barang ciptaan yang
sebenarnya tidak ada. Sama saja dengan mengatakan bahwa Mokodoludut tidak ada
yang akhirnya Mongondow tidak ada. Masalahnya, yang mengatakan mitos ini sama
sekali tak bercanda. Wah, bahaya!
Mengingat dampak
pemitosan Mokodoludut maka wajar jika banyak yang marah pada orang yang
menjadikannya sebagai mitos. Bahkan wajar jika okol lebih banyak bicara
dibandingkan akal. Lha, eksistensi satu orang saja dihilangkan akan memunculkan
pertumpahan darah, apalagi satu komunitas yang dihilangkan. Tapi karena yang
memitoskan serius sehingga perlu penyikapan yang serius juga tinimbang menjitak
kepalanya, pun untuk menampakan bahwa orang Mongondow bukanlah bangsa yang tak
beradab maka baiklah disikapi dengan akal dulu.
Memang ada
banyak cela dari pengkisaan tentang Mokodoludut ini. Selain hanya dari mulut ke
mulut, masyarakat sekarang mencoba memahami ini dari kacamata kekinian (walau
tak jarang ada juga yang tak menggunakan analisa kedisinian tapi mengentalkan
kekinian). Pemahaman kekinian menganggap pernyataan "A" sudah pasti
"A" tanpa memperhitungkan bisa saja terselip "B" dari pernyataan
itu. Satu contoh ketika disebutkan "senjata" maka banyak yang akan
berpikir itu pasti "pistol" atau "senapan", padahal
"batu" juga bisa menjadi senjata. Ada yang menyebut
ini kepastian ilmiah, saya menyebutnya belenggu ilmiah. Dan belenggu ilmiah itu
yang terjadi pada Mokodoludut ini.
Telur adalah
telur, karena itu sang teman yang bergurau itu benar-benar membayangkan bahwa
itu telur yang bisa digoreng atau direbus. Beberapa pengkisahpun nampaknya
membayangkan seperti itu sehingga ada yang menulis "Ina' Lie selalu lupa
memasak telur itu sampai akhirnya meletus dan ternyata didalamnya ada bayi
manusia". Padahal kalau kita mau berpikir ilmiah juga maka akan timbul
banyak tanda tanya dari telur ini. Alam sadar kita pasti akan memikirkan telur
itu luar biasa besar mengingat Mokodoludut berperawakan normal--tidak kerdil
seperti umumnya manusia yang kecil ketika lahir. Telurnya bisa jadi sebesar
telur dinosaurus, namun akal kita pasti akan menolak karena sudah tak ada lagi
dinosaurus pada masa itu. Jadi, kalau mau dikaji secara ilmiah itu pasti bukan
telur.
Sebenarnya tanpa
mengkerutkan kening kita akan tahu itu bukan telur, dengan berprasangka baik
pada para pendahulu diyakini penemu telur yaitu Ama' Lie dan Ina Lie pun tahu
bahwa itu bukan telur--toh kita tak boleh berburuk sangka dengan memberi cap
orang bodoh pada pendahulu kita. Jadi, mahluk yang ditemukan itu hanya
menyerupai telur saja. Dalam bahasa Mongondow dinyatakan "Na' natu"
"Notongkai in natu", rupanya dalam perjalanannya kata “Na’” atau
“Notongkai in” telah menghilang, mungkin tanpa disengaja karena keasyikan dalam
mengisahkan. Dalam kisah yang dituturkan secara mkm (mulut ke mulut) seperti
ini sangat wajar kalau ada kata yang hilang, tak perlu ada yang dicurigai.
Namun pengkisaan ini masih bisa ditelusuri dan diluruskan.
Di dunia
kedokteran, bayi yang lahir seperti telur ini sudah fenomena biasa walau jarang
terjadi. Pertengahan tahun 2013, ditemukan bayi yang lahir seperti ini di
Yunani. Bayi lahir benar-benar masih dalam balutan selaput ketuban dan
bentuknya benar-benar seperti telur. Bayi yang lahir masih terbungkus selaput
ketuban ini akan sakit-sakitan jika penanganannya tidak baik. Mokodoludut di
dalam kisah, 7 hari baru selaput ketuban yang dia bawa saat lahir pecah. Dia
sakit-sakitan yang menghasilkan ritual pengobatan ala Mongondow. Sampai pada
taraf ini, kita bisa meyakini bahwa tak ada penyimpangan dalam proses lahirnya
Mokodoludut. Dia manusia biasa yang proses kelahirannya luar biasa sehingga
menggemparkan semesta Mongondow.
Proses kelahiran
semacam ini sangat langka. Menurut Dr Aris Tsigris yang
menangani proses kelahiran di Yunani, peristiwa langkah ini hanya terjadi
sekali dalam 80.000 kelahiran. Jika kita kembalikan pada masa lalu, dengan
jumlah penduduk yang masih sangat sedikit maka bisa kita duga (walau tentu tak
bisa kita pastikan) bahwa proses kelahiran seperti ini pertama kali terjadi di
tanah Mongondow. Dan ini akan berdampak pada sejarah Mongondow selanjutnya yang
menempatkan sang putera dari telur, Mokodoludut, dan anak-cucunya sebagai
pemimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar